BAYI yang lahir stunting (bertubuh pendek) umumnya dipicu pada kondisi kehamilan ibu. Bisa dipastikan bahwa saat hamil, ibunya mengalami kekurangan zat gizi.
Direktur Bina Gizi Kementerian Kesehatan RI, Ir Doddy Izwardi, MA, mengatakan bahwa kasus bayi stunting di Indonesia lebih banyak dialami oleh ibu yang menikah di usia remaja. Secara psikis, mereka kurang sadar akan pentingnya memenuhi gizi janin saat hamil. Di sisi lain, imbuh Doddy, remaja juga masih membutuhkan gizi karena dalam pertumbuhan.
Karenanya, saat remaja hamil mengonsumsi makanan, gizi yang dihasilkan akan menjadi ‘rebutan’ antara si ibu dan janin. Tentu, ini akan membuat janin mudah kekurangan gizi, dan mengalami stunting pada masa tumbuh kembangnya. (Baca: Kerajaan Belanda Bantu Masalah Kurang Gizi di Indonesia)
"Saat ini, masih banyak wanita yang berumah tangga pada umur 15 sampai 19 tahun. Idealnya minimal 20 tahun karena mereka sudah siap secara mental dan fisik. Kondisi ini memang masih Kemenkes kejar agar kasus stunting menurun," katanya usai konferensi pers bertema “Program Peningkatan Gizi Ibu, Bayi dan Anak, Dalam Rangka Gerakan 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) di Jawa Timur” di Hotel JS Luwansa, Jakarta, Senin (14/7/2014). (Baca: Menu Terbaik jika Ibu Hamil Berpuasa)
Bukan hanya itu, ujar Doddy, salah memberikan makanan untuk bayi berumur enam bulan sampai setahun juga menyumbang kasus tubuh pendek seorang anak. Dia menyebutkan contoh kasus di Aceh, di mana saat menangis, bayi kerap dikasih pisang. Pisang sendiri membuat bayi kenyang hingga tidak merasa perlu asupan lain. Sementara, bayi seharusnya mendapatkan gizi komplet lewat ASI, selain MPASI alias Makanan Pendamping ASI. (Baca: Kolang-Kaling Belum Pasti Cegah Cedera Lutut)
"Ingat, mungkin saat lahir, bayi kita dengan orang lain sama, tapi untuk berkembangnya itu bergantung pada asupan makanan mereka setelahnya. Mencukupi enggak, inilah yang juga suka membuat kaki bayi jadi pendek," tutupnya.
(fik)
Direktur Bina Gizi Kementerian Kesehatan RI, Ir Doddy Izwardi, MA, mengatakan bahwa kasus bayi stunting di Indonesia lebih banyak dialami oleh ibu yang menikah di usia remaja. Secara psikis, mereka kurang sadar akan pentingnya memenuhi gizi janin saat hamil. Di sisi lain, imbuh Doddy, remaja juga masih membutuhkan gizi karena dalam pertumbuhan.
Karenanya, saat remaja hamil mengonsumsi makanan, gizi yang dihasilkan akan menjadi ‘rebutan’ antara si ibu dan janin. Tentu, ini akan membuat janin mudah kekurangan gizi, dan mengalami stunting pada masa tumbuh kembangnya. (Baca: Kerajaan Belanda Bantu Masalah Kurang Gizi di Indonesia)
"Saat ini, masih banyak wanita yang berumah tangga pada umur 15 sampai 19 tahun. Idealnya minimal 20 tahun karena mereka sudah siap secara mental dan fisik. Kondisi ini memang masih Kemenkes kejar agar kasus stunting menurun," katanya usai konferensi pers bertema “Program Peningkatan Gizi Ibu, Bayi dan Anak, Dalam Rangka Gerakan 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) di Jawa Timur” di Hotel JS Luwansa, Jakarta, Senin (14/7/2014). (Baca: Menu Terbaik jika Ibu Hamil Berpuasa)
Bukan hanya itu, ujar Doddy, salah memberikan makanan untuk bayi berumur enam bulan sampai setahun juga menyumbang kasus tubuh pendek seorang anak. Dia menyebutkan contoh kasus di Aceh, di mana saat menangis, bayi kerap dikasih pisang. Pisang sendiri membuat bayi kenyang hingga tidak merasa perlu asupan lain. Sementara, bayi seharusnya mendapatkan gizi komplet lewat ASI, selain MPASI alias Makanan Pendamping ASI. (Baca: Kolang-Kaling Belum Pasti Cegah Cedera Lutut)
"Ingat, mungkin saat lahir, bayi kita dengan orang lain sama, tapi untuk berkembangnya itu bergantung pada asupan makanan mereka setelahnya. Mencukupi enggak, inilah yang juga suka membuat kaki bayi jadi pendek," tutupnya.
(fik)
0 comments
Post a Comment